Thursday, December 11, 2014
Dojo Lemkari SMP Painan
DOJO SMP Painan….
Kota Painan.. Kota di kaki Bukit Langkisau
Saat itu di tahun 1983, diawal menjajaki SMA Painan, tersebutlah seorang anak remaja kota Painan yang hampir setiap akhir pekan ke Padang. Diajak oleh seorang anak muda yang bernama Teddi yang kemudian kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Andalas.
Hampir setiap pekan mereka menginap di rumah orangtua teman yang bernama Iqbal di kota Padang khusus, untuk latihan karate di daerah pecinaan kota Padang yang dikenal dengan daerah Klenteng. Seorang pelatih karate cukup dikenal pada masa itu yang bernama Jusrizal Danche. Anak remaja inipun pernah mengecap sabuk kuning dibawah perguruan Inkai yang walau ijazahnya entah tercampak di mana.
Dan seiring dengan perjalanan waktu si anak remaja pun tidak melanjutkan aktivitas karate di kota Padang. Terkendala jarak dan transportasi yang dirasa cukup memakan waktu antara kota Painan dan kota Padang.
Si anak remajapun beranjak dewasa, tiga tahun berlalu dan dengan segala daya upaya si remaja yang telah mulai beranjak dewasa inipun memasuki kampus Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Jurusan Kepelatihan di IKIP Padang.
Kampus inilah yang mempertemukan Haryanto Sukardi, Ucok Sihar Nainggolan, Eddi Karan termasuk juga Desprarama. Haryanto Sukardi yang berasal dari Kerinci jauh sebelumnya telah memegang sabuk hitam Dan I dan telah hijrah dari Inkai Kerinci memasuki SMA 2 Padang. Sedangkan Ucok Sihar Nainggolan dan Eddi Karan pun telah memegang sabuk coklat kala itu. Tersebutlah di FPOK pelatih karate seperti Junaedi AM, Syahrial Bakhtiar termasuk juga Haryanto Sukardi.
Dimasa ini Junaedi AM dan Haryanto Sukardi juga melatih di Fakultas Pendidikan Teknik Kejuruan. Di FPTK IKIP Padang tersebut juga keberadaan pelatih M Giatman. Di FPTK IKIP Padang tersebut juga Murad yang menempa di karate FPTK IKIP Padang.
Sempat latihan dengan memakai sabuk putih selama 3 bulan, mengikuti ujian kyu dan langsung mendapat sabuk hijau. Sempat ternyata perbedaan pendapat antara Junaedi AM dengan Haryanto Sukardi tentang “lompatan sabuk” ini. Junaedi AM tidak setuju langsung menjadi sabuk hijau tapi Haryanto Sukardi bersikukuh karena yang bersangkutan sebenarnya adalah pemegang sabuk kuning yang walau tidak dapat menunjukan ijazahnya. Dan akhirnya dengan tetap memegang sabuk hijau latihan di FPOK IKIP Padang. Waktupun bergulir dan 6 bulan kemudian mengikuti ujian dan mendapatkan sabuk Biru.
(Bersambung... )
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment