Friday, January 16, 2009

Melatih Kihon Dengan Taikyoku Shodan



Selama ini kita sangat akrab dengan teknik pelatihan Kihon menggunakan enbusen berbentuk garis lurus. Bahkan dalam ujian kenaikan tingkat KYU maupun DAN kita menggunakan enbusen garis lurus. Dalam peraturan teknik yang dikeluarkan PB Lemkari-pun diterangkan bahwa dalam ujian kyu dilakukan gerakan kihon dengan enbusen garis lurus.

Sebagaimana tertulis jelas perintah yang digunakan adalah Maju 5 kali dan mundur 5 kali. Dan karena telah terprogram dalam materi ujian maka sebagai seorang pelatih di Dojo kita akan menjalankan program latihan tersebut. Masuknya materi teknik pelatihan tersebut tentu mempunyai dasar yang sangat kuat karena telah menjadi dasar teknik pelatihan Lemkari selama bertahun-tahun dan telah banyak karateka handal yang tercipta dari teknik pelatihan ini.

Namun mungkin hal berikut dapat dijadikan wacana ataupun sekedar tukar fikiran dengan para Yudansha sekalian terutama yang akan membuka Dojo-dojo baru dan mempunyai Inovatif dalam teknik melatih.

Taikyoku Shodan.

Perkenalan saya dengan istilah ini adalah ketika saya coba browsing tentang KATA yang dimiliki oleh aliran shotokan. Bertemulah saya dengan Taikyoku Shodan. Gerakan yang dimiliki Taikyoku Shodan sangatlah sederhana yaitu Gedan barai dan chudan tsuki dan tidak lebih dari 20 gerakan. Enbusennya sama dengan Heian Shodan. Dalam hati bertanya, sejak Juni 1988 belajar karate, kok saya baru ketemu sekarang yang namanya Taikyoku Shodan. Kenapa pelatih saya tidak pernah mengenal KATA seperti ini.

Pertanyaan ini saya bawa kepada Sihan Harried Taning: apa sebenarnya Taikyoku Shodan itu. Dari Beliau secara lugas diterangkan bahwa Taikyoku Shodan diciptakan untuk dapat diajarkan sebelum kita melangkah mempelajari Kata Heian. Karena gerakannya sederhana dan gampang dipelajari oleh pemula sekalipun. Dan satu kalimat kunci yang diberikan Sihan Harried Taning adalah Taikyoku Shodan gerakannya dapat diganti dengan gerakan kihon lain sesuai dengan keinginan kita. Apakah kita hendak melatih tsuki,geri ataupun uke. Kita dapat pakai enbusen-nya. Spontan saya tanya : berarti kita bisa melatih kihon dengan Taikyoku Shodan. Beliau tersenyum dan berkata Kenapa Tidak dan pasti kamu orang lupa pengertian KATA yang berulang-ulang saya sampaikan bahwa KATA adalah teknik berkelahi yang tidak berhubungan satu sama lain yang dirangkaikan oleh master penciptanya untuk dipakai sebagai sarana latihan.

Dalam KATA kita bisa berlatih : Teknik kihon, teknik pernafasan, penempatan power, irama pertarungan ataupun belajar konsentrasi. Dan semua itu dapat dipelajari secara terpisah satu demi satu ataupun digabung secara keseluruhan.

Saya telah dapat kalimat kuncinya. “Berarti melatih kihon tidak harus dengan gerakan maju 5 kali dan mundur 5 kali belaka” .

Saya coba cari terus tentang taikyoku shodan ini. Ternyata dari literature yang temui ternyata taikyoku shodan justru diciptakan oleh master Gichin Funakoshi. Dan tentu seorang Gichin Funakoshi menciptakan hal ini mempunyai pemikiran tentang teknik pelatihan yang modern dan tentu amat sayang jika lewatkan begitu saja sesuai dengan arti dari Taikyoku yaitu Langkah Awal atau penyebab pertama.

Melatih di Dojo.

Berdasarkan pemikiran ini saya mencoba menerapkan di Dojo saya. Dari pembelajaran Kihon di Dojo dengan metode Taikyoku Shodan ini saya mencatat beberapa poin.
1. Untuk pembentukan bentuk awal kita tetap membutuhkan enbusen yang berbentuk garis lurus sebagaimana kita juga membutuhkan mereka melakukan gerakan ditempat.
2. Setelah telah terbentuk teknik yang benar maka teknik pelatihan kihon dapat kita masukan dalam enbusen Taikyoku Shodan ini.
3. Hampir semua teknik Kihon dapat dilatih dalam cara ini. Bahkan teknik pelatihan ini sangat membantu dalam membentuk perputaran pinggul dan dinamisasi gerak yang mereka miliki.
4. Di dojo saya menggabungkan gerak gedan barai sebagai dasar dan gerakan yang akan dilatih sebagai gerakan selanjutnya. Contohnya :
a. Gedan barai – chudan tsuki
b. Gedan barai - jodan tsuki
c. Gedan barai – maegeri
d. Gedan barai – mawashi geri
e. Dan sebagainya.
5. Khusus untuk gerakan Shuto Uke ataupun gerakan yang mempunyai bentuk kuda-kuda Kokutsu dachi lainnya, saya menggunakan sedikit perubahan menjadi serong 45 derajat karena menurut pemikiran saya lebih efektif dan efisien dalam melatih gerakannya.
6. Tidak perlu takut kalau nanti sewaktu ujian kyu anak-anak kita akan kebingungan karena materinya adalah maju dan mundur, karena begitu saya balikan lagi ke hitungan maju dan mundur dalam enbusen garis lurus malah mereka menjadi lebih stabil dan malah menjadi lebih mudah.
7. Menurut saya, untuk tingkatan sabuk Hijau ke atas sebaiknya pelatihan kihon dengan enbusen garis lurus cukup sewaktu pembentukan awal. Begitu mereka telah mengenal bentuk akan sangat baik pelatihan dilakukan dengan enbusen Taikyoku Shodan ini. Karena mereka akan benar-benar dihadapkan pada “medan pertarungan” yang sebenarnya. Mereka akan biasa “bertarung” dalam 4 penjuru angin dan menurut saya akan memudahkan dalam pertarungan yang sebenarnya.
Demikian sebagai wacana dan tukar pikiran. Mungkin ada masukan dari para yudansha dan senior-senior sekalian.

Salam karate,
Osh!
Retman
Dojo Cimanggis

3 comments:

beladirikita said...

Sekedar menambahkan...

Taikyoku terdiri 3 seri (shodan, nidan, sandan).

Taikyoku diciptakan Gichin Funakoshi sebagai awal belajar kata sebelum melangkah kata Heian.

Selain Taikyoku juga ada Ten No Kata yg diciptakan Yoshitaka 'Gigo' Funakoshi (info lain; kata ini diciptakan Gichin).

Ten No Kata adalah teknik dasar belajar kumite (mirip dengan sanbon kumite).

Kenapa tidak diajarkan di shotokan JKA (Masatohsi Nakayama) dan juga SKIF (Hirokazu Kanazawa)? Karena memang mereka tidak mengadopsi dua kata ini (Taikyoku, Ten No Kata) dalam organisasi mereka.

Peninggalan Gichin ini masih diajarkan di Shotokai, kemudian Kyokushinkai (karena Masutatsu Oyama pernah jadi murid Gichin), selama 2 tahun) selain itu adapula Shotokan dari organisasi lain (selain JKA, SKIF) yg memasukkan Taikyoku meski hanya seri Shodan.

Taikyoku ini menjadi salah satu perdebatan antara Shigeru Egami, Mitsusuke Harada (keduanya pendiri Shotokai) dengan Masatoshi Nakayama (Guru Besar JKA).

Setelah Gichin meninggal, beberapa kali Nakayama mencoba merangkul kembali kedua rekannya sesama murid langsung Gichin tersebut untuk bergabung di JKA. Namun Egami-Harada kukuh tetap di Shotokai.

Beberapa syarat diajukan pihak Shotokai kepada Nakayama, mereka mau bergabung jika JKA mengajarkan Karate-do sesuai apa yg diajarkan Gichin, antara lain memasukkan Taikyoku. Kemudian meminta Nakayama meminta maaf kepada Gichin di makamnya, karena dipandang telah melanggar prinsip sang guru yg tidak menginginkan adanya kompetisi dalam Karate (Nakayama adalah penggagas kompetisi/pertandingan dalam karate dgn tujuan mempromosikan karate ke tingkat dunia).

Terlepas dari kontroversi dan konflik di atas, yg jelas kita tentunya tetap menghargai para master Karate tersebut, baik Egami, Harada, Nakayama, karena mereka sama-sama berperan mengembangkan karate hingga akhirnya kita yg di Indonesia bisa tahu apa itu chudan tsuki dan mae geri.

Oya, mengenai Taikyoku dan konflik Shotokai-JKA ini saya dapat dari browsing di internet.

Osu,

Andi Retman said...

Osh!
terima kasih atas pencerahannya
dan tentu kita dapat memetik hikmah dari semua sejarah tersebut.
Tapi pada saat sekarang aliran shotokai masih memegang prinsip tidak ada kompetisi??
Salam
Retman

beladirikita said...

Osu,
sampai sekarang Shotokai masih tetap tdk mempertandingkan karate, sesuai prinsip Gichin Funakoshi.

Lebih jelas ttg Shotokai bisa disimak di blog rekan kita sesama karateka, indoshotokan.blogspot.com

Osu,