Monday, December 3, 2007

Ini Kuncinya : Baok Bamain!!!

Dalam Beberapa Minggu Kemaren merupakan hari yang berarti bagi Dojo saya. Lokasi yang cukup lumayan jauh dari Jakarta, di datangi oleh karateka senior, sebut saja Sihan Haried Tanning, Senpai Nuke, Senpai Quartono, Senpai Rifki, Dan Sandra juga. Kita banyak mengobrol tentang karate. Mulai membahas teknik dengan berjubel buku-buku karate di atas meja hingga masalah non teknis. Sambil di temani Soto Padang buatan Istri Tercinta, tak terasa dari jam 8 pagi hingga waktu asyar datang. Banyak masukan yang didapat dari para senior yang perlu diterapkan dan ternyata efektif diterapkan di Dojo saya dan juga memperbaiki teknik saya sendiri. Dan banyak hal yang didapat dari kunjungan kerja tersebut.

Kemudian saya juga ketemu dengan pelatih pertama saya pada sebuah kejurnas perguruan lain. Pernyatan pertama saya adalah.. saya baru buka DOJO.. dan ungkapan pertama dari beliau adalah... Andi tau kan apa yang harus dilakukan bagi Dojo yang rata-rata anak-anak... Having Fun... baok bamain... Dan bagi Seorang Pelatih Dengan Sertifikasi Nasional sekaligus pelatih PON tentu tak diragukan lagi.. Kita banyak menghabiskan waktu untuk berdiskusi tentang teknis kepelatihan.Dan tentu juga tentang perguruan.... tapi posisi kami berdua telah jelas... Dan itu tak akan pernah membuat jarak di antara kami.. Osh!! Senpai

Lain waktu akan saya coba bahas satu persatu teknis kepelatihan yang sempat saya cicipi dari dua moment tersebut.

Kemang, 4 Desember 2007

Tuesday, November 6, 2007

Mulai Latihan Lagi

Minggu pagi kemaren merupakan latihan pertama setelah anak-anak libur sekitar satu bulanan sehabis Lebaran. Dengan berbekal selembar kertas pengumuman yang ditempel di pos satpam depan sekolah dengan gambar-gambar mereka sedang latihan mampu menghadirkan mereka sebanyak 25 orang untuk mulai latihan lagi.

Pada saat bulan puasa kemaren saya sempat pesimis dengan kemauan mereka. Latihan di bulan puasa cuma bisa di hadiri kurang dari 8 orang saja. Tapi saya tetap aja latihan sambil menunggu berbuka. Wah kalo segini gimana majunya nih...

Eh ... alhamdulillah baru jam 6.30 pagi minggu itu, beberapa anak telah muncul didepan rumah dan membaca.. assalamualaikum... assalamualaikum.. padahal saya belum mandi.. dan akhirnya memang tdk sempat mandi dulu sebelum latihan.

Peristiwa ini melambungkan ingatanku ketika dulu di tahun 1996 dengan sedikit "nekat" membuka dojo di kaki gunung sago saat KKN.

Program-program kita susun waktu KKN itu. Saya masih berkutat dengan dengan program mesin parut kelapa sederhana bahasa populernya mesin kukua karambia. Tapi dasar anak karate ndak boleh melihat lapangan kosong apalagi jaket dan Topi POMNAS 96 masih lengkap-lengkapnya, begitu hari pertama sampai di dusun subaladuang yang masih IDT dan melihat anak-anak SMP berjejer pergi sekolah langsung terpatri... bikin DOJO..

Trus begitu latihan dimulai.. langsung latihan 3x seminggu. Dan lucunya program ini mampu meredam "kesombongan" posko KKN tetangga sebelah yang menyebutkan program kami tidak jalan. Sengaja saya bawa anak-anak yang tidak kurang dari 50 orang utk lari bareng dan berputar di tempat Pos KKN tetangga sebelah.. ha..ha..ha
Namanya juga di kampung... semua pada melongokan kepala melihat kami lari sambil nyanyi.. ayo lari... lari sore.. badan sehat.. badan kuat...kayak SPN Padang Besi aja.

Dan biasanya sejam sebelum latihan anak-anak kampung udah pada ngumpul di Posko KKN sambil ucapkan.. assalamualaikum...assalamualaikum.. bahkan sambil menonggolkan kepala di jendela.. sementara senpainya lagi mimpi indah berkelumun selimut.. abis dingin sih... sampai bisa keluar uap dari mulut kok...

Hasilnya.. nilai KKN saya dapat A lumayan dikali 4 sks lagi...

Ahh... rekan-rekan MSH di 50 Kota kok ndak dilanjutkan sih...sayang cuma 2 bulan


Kemang, 6 November 2007

Sunday, August 5, 2007

Sihan Haried Taning - Seri Latihan - Kata Heian Shodan

Belajar.. lebih tepat begitu dibandingkan dengan kata-kata berlatih bersama sihan Haried Taning. Beliau lebih sering menggali pola pemahaman kita. Antara Logika dan kemampuan dasar yang bisa kita miliki. Asyik deh latihan bersama beliau.. kita latihan tiap Sabtu Pagi di STIE Nusantara. Dan sedapat mungkin akan saya coba tuangkan dalam bentuk tulisan.. semampu yang bisa saya tangkap..

Kata Heian Shodan ---- dari latihan Sihan Haried Taning
Sebenarnya seri Heian hanyalah langkah awal sebelum mempelajari kata Kanku Dai.Sensei Itosu Anku menciptakan kata ini ibarat seorang yang belajar haruslah dari mulai pelajaran yang sederhana dulu. Mulai dari pemahaman ini maka diciptakan Kanku Dai dipecah-pecah menjadi heian satu,dua,tiga,empat dan lima.

Pola latihan disini ditegaskan dengan sistem separoh dan satu.
Separoh berarti gerakan ini masih mempunyai kelanjutan gerakan.
Satu berarti ini merupakan gerakan pemungkas dan langsung menghabisi si lawan.
Memahami kata dengan bunkai menggunakan pola "separoh satu" ini harus menekankan bahwa kata adalah rangkaian gerakan yang terpisah satu sama lainnya. Maksudnya jika gerakan pola satu telah dilaksanakan maka kita akan menghadapi suasana dan potensi lawan yang berbeda.
Dalam heian shodan terdapat 10 suasana terpisah yang digabung menjadi rangkaian terpisah.
1. Separoh - Gedan Barai
satu - Chudan Tsuki
2. Separoh - Gedan Barai
Separoh - Tettsui
satu - Chudan Tsuki
3. Satu - Gedan Barai
4. Separoh - Age Uke
Separoh - Age Uke
satu - Age Uke
5. Separoh - Gedan Barai
Satu - Chudan Tsuki
6. Separoh - Gedan Barai
Satu - Chudan Tsuki
7. Satu - Gedan Barai
8. Separoh - Chudan Tsuki
Separoh - Chudan Tsuki
Satu - Chudan Tsuki
9. Separoh - Shuto Uke
Separoh - Shuto Uke
Satu - Shuto Uke
10. Satu - Shuto Uke

Untuk memahami ke-10 suasana ini hanyalah dengan menerapkan kepada bunkainya. Metode ini "hampir" tidak bermakna jika tidak mengaplikasikan dalam bunkai. Karena tanpa bunkai latihan ini hanyalah seumpama kita ujian kenaikan kyu.. maju lima kali mundur lima kali..
sekali lagi.. pahami dengan bunkai...

Mudah-mudahan seri bunkai akan kita lanjutkan pada penulisan berikutnya.

Kemang, 5 Agustus 2007

Tentang Buku - Jangan Picik....!

Beberapa waktu lalu, saya memesan buku tentang teknik dasar karate dari seorang senior karate yang juga pernah melatih langsung saya walau hanya sesaat. Dan sekarang berbeda perguruan.

Bagi saya pribadi, tidak ada yang aneh dengan pemesanan buku tersebut. Lumrah sebagaimana saya melahap buku The best karate M Nakayama karya olahan Sabet Muchsin dari Inkai , atau the vital karate karya Mas dari Kyokushinkan dan browsing dari website-website karate yang menjamur.. Apalagi buku sekarang ini pengarang adalah yang rutin menandatangani IJAZAH KENAIKAN KYU saya.. mulai dari sabuk putih.. saya langsung pesan DUA.. dan mungkin akan saya berikan kepada anak didik saya...
Namun ada senior yang mungkin karena saking "kesal"nya sempat keluar kata-kata.. "ah buat apa ndi.. buku itu dibaca" saya hanya tersenyum... dan pikiran saya melambung jauh ketika masih menjabat Ketua Unit Kegiatan Pandekar Universitas Andalas.

Di Unit ini kami menaungi berbagai beladiri.. karate,tae kwondo,silat,Tarung derajat,kempo, wushu,Sin Lam Ba.. semua akur.. semua rukun tanpa ada sirik dan dengki.

Disaat Forki Sumbar sedang "memanas" kami malah enjoy latihan gabungan karate,Tae kwondo dan tarung Derajat. Kami sempat keliling kota Padang lari pagi bersama sebelum latihan bersama di Pantai Padang. Dengan membawa bendera masing-masing kita berlari dengan semangat sambil bernyanyi-nyanyi!.
Kebetulan saya ketemu teman dari Inkado... dia kaget... loh lambang nya karate kok pakaian tarung derajat.. diperhatiin terus hingga barisan terakhir dan ketemu saya... dengan muka yang jujur dia mengangkat dua jempolnya... salut..salut..salut Beda beladiri bisa kompak begini... kita harusnya malu ya ndi.. sesama karate aja gontok-gontokan.. padahal kita ndak tau yang digontok-gontokan itu apa..
he..he..he ... cuma Pah Poh Ngah Ngoh aja... (jadi ingat ucapan sensei Firdaus "ayah" Ilyas )

Kembali ke buku tadi...
Saya kembali memaknai hidup.. harus ada pembatasan dalam pola pemikiran kita.. ada masa dimana kita harus meyakinkan diri bahwa tendangan Mae geri yang saya latih selama ini adalah tendangan terkuat dan paling sesuai dengan struktur tubuh manusia namun kadang kala kita harus terima jika ternyata mae geri kita tidak ampuh hanya dengan sedikit tangkisan dari orang lain.
Begitu juga dengan perguruan.. ada masanya kita harus berkata.. perguruan kita paling bagus..paling ngetop, dengan pola pelatihan yang paling tersistematis.. tapi ada kalanya kita harus memaknai hidup.. untuk apa kita hidup ini... apakah cukup dengan itu aja...? ha..ha..ha.. saya jadi tertawa .. jangan picik.....!! atau malah seperti kasus PDI-P dan Golkar.. waktu kampanye kemaren ada bunuh-bunuhan, ada lempar-lemparan... sekarang???? hi..hi..hi malah peng-GEDE nya rangkul-rangkulan di Medan dan Palembang... mau seperti itu????

tanyaken kenapa??

Kemang, 5 Agustus 2007

Dojo Baru - Untuk Juara jadikanlah Dia Juara

Pagi hari ini adalah latihan yang ke-lima dari Dojo-ku. Setelah dari tanggal 22 Juli memulai latihan yang pertama. Anak-anak telah mulai banyak yang memakai dogi, walau masih beberapa memakai baju kaos.

Walau telah 19 tahun latihan dan 14 tahun memiliki dojo sendiri tetap ada yang baru dalam latihan. Tetap tiap anak itu unik walau tetap ada persamaan di antara mereka. Pagi ini saya mulai membentuk tim untuk kata beregu namun yang ada baru ada calon-calon untuk tim kata putri. Aneh... karena dari 14 tahun yang lalu mulai dari Dojo di Painan, Dojo Kodim Padang kok tetap tim kata yang saya bentuk tetap untuk nomor Putri.

Ada sesuatu yang tersirat di hati kecil ku..
Kalian harus juara.. juara.. sebagaimana juaranya senpai-senpai kalian yang pernah saya bentuk.. bahkan mungkin lebih. kalian masih banyak kesempatan...

Masih tergiang ditelinga ku.. ucapan dari salah seorang senior... Syafruddin Perkasa Alam... ketika saya tanya.. apa resep untuk menciptakan seorang juara...?
Jawabannya singkat... "kalau kamu ingin menciptakan anak didikmu juara.. maka kamu harus menjadikannya Juara"...
Butuh lama untuk mencerna kalimat itu.. "ah.. asa ka manjawek se senpai ko mah" pikir ku pertama kali...
kalo ingin menjadikannya juara... jadikannlah juara..??? maksudnya apa...
Namun kalimat itu baru terasa.. ketika pertama kali mempunyai tanggung jawab di Dojo sendiri.. Karena... hanya untuk menciptakan Juara antar Dojo aja.. harus di SET dari awal... bukan kerjaan langsung jadi..

Untuk menciptakan se-orang Daryulisman menjadi juara I PORDA aja... harus melalui jalan berliku dan panjang..
Harus ada pemikiran dari awal kita mengajarkan Tsuki pertama... adalah langkah awal untuk dia jadi juara... tidak sekedar bisa pukul dan selesai..
Untuk Dia jadi Juara I Kumite Perseorangan.. harus dulu dia di suruh menampar mereka yang mengolok-olokan dia, harus dulu menangis karena gagal ke Piala Mendagri di Bekasi, harus dulu menggantungkan Dogi karena kecewa, harus membentak -bentak seniornya yang tidak becus, harus masuk kampung keluar kampung dulu, harus adu argument dulu dengan pelatih yang pertama kali mengajar saya karate dengan Benar....
(OSH! Senpai saya yang tercinta.. Drs. Haryanto Sukardi dan Drs. Devi F Bachtiar semoga senantiasa sukses dengan pilihan-pilihannya. Tidak hanya seorang pelatih tapi juga kakak tempat mengadu,curhat dan berbantah!)
Dan baru yang terakhir taktik di 10x10... semuanya harus dilalui....

Setelah sekian tahun... kalimat itu jadi bermakna...
Terima kasih.. bang PA

Kemang, 5 Agustus 2007

Thursday, June 28, 2007

Sejarah Karate

Sekilas Tentang Karate

Karate berasal dari dua kata "kara" yang berarti kosong dan "te" yang berarti tangan. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa karate adalah sebuah teknik yang mengijinkan seseorang untuk mempertahankan diri tanpa menggunakan bantuan senjata.

Sedangkan dalam makna yang lebih jauh, karate memiliki makna yang lebih filosofis diantaranya menurut Gichin Funakoshi karate adalah seperti cermin bersih yang tanpa cela. Sehingga orang belajar karate sudah seharusnya membersihkan dirinya dari pikiran dan kehendak yang jahat.

Menurut sejarah, Okinawa sebelum menjadi bagian dari Jepang adalah suatu wilayah berbentuk kerajaan yang bebas merdeka. Pada waktu itu Okinawa mengadakan hubungan dagang dengan pulau-pulau tetangga. Dan memang Okinawa mendapatkan pengaruh yang kuat akan budaya Cina. Sebagai pengaruh pertukaran budaya itu banyak orang-orang Cina dengan latar belakang yang bermacam-macam datang ke Okinawa mengajarkan bela dirnya pada orang-orang setempat. Yang di kemudian hari menginspirasi nama kata seperti Jion yang mengambil nama dari biksu Budha. Sebaliknya orang-orang Okinawa juga banyak yang pergi ke Cina lalu kembali ke Okinawa dan mengajarkan ilmu yang sudah diperoleh Cina.

Pada tahun 1477 Raja Soshin di Okinawa memberlakukan larangan pemilikan senjata bagi golongan pendekar. Tahun 1609 Kelompok Samurai Satsuma dibawah pimpinan Shimazu Iehisa masuk ke Okinawa dan tetap meneruskan larangan ini. Bahkan mereka juga menghukum orang-orang yang melanggar larangan ini. Sebagai tindak lanjut atas peraturan ini orang-orang Okinawa berlatih Okinawa-te (begitu mereka menyebutnya) dan Ryukyu Kobudo (seni senjata) secara sembunyi-sembunyi. Latihan selalu dilakukan pada malam hari untuk menghindari intaian. Tiga aliranpun muncul masing-masing memiliki ciri khas yang namanya sesuai dengan arah asalnya, yaitu : Shurite , Nahate dan Tomarite.

Namun demikian pada akhirnya Okinawate mulai diajarkan ke sekolah-sekolah dengan Anko Itosu (juga mengajari Funakoshi) sebagai instruktur pertama. Dan tidak lama setelah itu Okinawa menjadi bagian dari Jepang, membuka jalan bagi karate masuk ke Jepang. Gichin Funakoshi ditunjuk mengadakan demonstrasi karate di luar Okinawa bagi orang-orang Jepang.

Gichin Funakoshi sebagai Bapak Karate Moderen. Dilahirkan di Shuri, Okinawa, pada tahun 1868, Funakoshi belajar karate pada Azato dan Itosu. Setelah berlatih begitu lama, pada tahun 1916 (ada yang pula yang mengatakan 1917) Funakoshi diundang ke Jepang untuk mengadakan demonstrasi di Butokukai yang merupakan pusat dari seluruh bela diri Jepang saat itu.Selanjutnya pada tahun 1921, putra mahkota yang kelak akan menjadi kaisar Jepang datang ke Okinawa dan meminta Funakoshi untuk demonstrasi. Bagi Funakoshi undangan ini sangat besar artinya karena demonstrasi itu dilakukan di arena istana. Setelah demonstrasi kedua ini Funakoshi seterusnya tinggal di Jepang.

Selama di Jepang pula Funakoshi banyak menulis buku-bukunya yang terkenal hingga sekarang. Seperti "Ryukyu Kempo : Karate" dan "Karate-do Kyohan". Dan sejak saat itu klub-klub karate terus bermunculan baik di sekolah dan universitas.

Gichin Funakoshi selain ahli karate juga pandai dalam sastra dan kaligrafi. Nama Shotokan diperolehnya sejak kegemarannya mendaki gunung Torao. Dimana dari sana terdapat banyak pohon cemara ditiup angin yang bergerak seolah gelombang yang memecah dipantai. Terinspirasi oleh hal itu Funakoshi menulis sebuah nama "Shoto" sebuah nama yang berarti kumpulan cemara yang bergerak seolah gelombang, dan "Kan" yang berarti ruang atau balai utama tempat muridnya-muridnya berlatih. Sekalipun Funakoshi tidak pernah memberi nama pada aliran karatenya, murid-muridnya mengambil nama itu untuk dojo yang didirikannya di Tokyo tahun sekitar tahun 1936 sebagai penghormatan pada sang guru. Selanjutnya pada tahun 1948 Japan Karate Association (JKA) berdiri dengan Gichin Funakoshi sebagai instruktur kepalanya.

Shotokan adalah karate yang mempunyai ciri khas beragam teknik lompatan, gerakan yang ringan dan cepat. Membutuhkan ketepatan waktu dan tenaga untuk melancarkan suatu teknik.

Gichin Funakoshi percaya bahwa akan membutuhkan waktu seumur hidup untuk menguasai manfaat dari kata. Dia memilih kata yang yang terbaik untuk penekanan fisik dan bela diri. Yang mana mempertegas keyakinannya bahwa karate adalah sebuah seni daripada olah raga. Baginya kata adalah karate. Funakoshi meninggal pada tanggal 26 April 1957.

Hingga kini 4 besar aliran karate di Jepang yaitu Shotokan, Gojuryu, Wadoryu dan Shitoryu.

Sementara di Indonesia olah raga karate di bawa oleh mahasiswa Indonesia yang mendapat beasiswa sebagai pampasan perang dari Jepang. Perguruan ini didirikan oleh DR. Anton Lesiangi, SE. dan dibantu oleh Drs. Karyanto Djojonegoro pada tanggal 30 Agustus 1970 di Jakarta dan secara organisatoris disahkan pada tanggal 12 September 1972 di Pandaan Jawa Timur dan bernama Lembaga Karate-do Indonesia yang disingkat dengan nama Lemkari. Dan termasuk dari 25 keanggotaan Federasi Olahraga Karate-do Indonesia atau disingkat dengan Forki.

Sumpah dan sapta prasetya karate

Sumpah Karate

1. Sanggup memelihara kepribadian
2. Sanggup patuh pada kejujuran
3. Sanggup mempertinggi prestasi
4. Sanggup menjaga sopan santun
5. Sanggup menguasai diri


Sapta Prasetya Karate

1. Saya berjanji, bahwa saya akan tunduk dan patuh terhadap semua perintah, larangan serta bimbingan dewan guru
2. Saya berjanji, akan menjauhkan perkelahian dan tidak akan menggunakan ilmu olahraga karate-do ini kecuali untuk membela diri, untuk membela diri orang lain yang terancam keselamatannya dan kalau sudah tidak ada jalan lain.
3. Saya berjanji, tidak akan melakukan perbuatan yang tidak senonoh misalnya :
a. Menjadi tukang pukul seseorang (pelindung) apalagi saya tahu bahwa yang menyuruh itu ada dipihak yang salah
b. Sengaja berkelakuan secara sombong dan menonjolkan diri kepada orang lain mengenai ilmu olahraga karate-do
c. Mencari gara-gara dengan orang lain, sehingga mengakibatkan sesuatu perkelahian.
d. Berbicara dan berbuat tidak sesuai dengan sumpah karate

4. Saya berjanji dalam melakukan latihan dan pertandingan akan melakukan secara sportif sebagai olahragawan yang baik dan akan mempertinggi nilai olahraga karate-do
5. Saya berjanji akan tolong menolong, seiya sekata dengan semua karateka di Indonesia khususnya diseluruh dunia umumnya dengan dasar saling harga menghargai dan hormat menghormati sesuai dengan pengertian jiwa karate-do
6. Saya berjanji akan memematuhi semua peraturan yang dibuat oleh perguruan Lemkari
7. Saya berjanji akan menjaga nama baik sebagai karateka khususnya dan perguruan Lembaga Karate-do Indonesia umumnya dalam segala tindak tanduk dan apabila saya melanggar janji yang 7 (tujuh) pasal ini (Sapta Prasetya) maka saya bersedia dikenakan sangsi oleh dewan guru.